Rabu, 01 Februari 2012

ini ceritaku, mangkuk inspirasi

Sudah menjadi hal biasa gaya anak kota. Ulangtahun erat kaitannya dengan party mewah, undangan dengan dresscode yang ditentukan serta kado yang banyak.

Mungkin itu yang biasanya menjadi pemandangan indah hari ulang tahun Aurel, Mami pasti sibuk mengatur tempat, riasan dan dekor mewah untuk ulangtahunnya dengan menyerahkan semua tanggungjawab itu kepada Event Organizer yang handal.  Tepat saat yang ditunggu, betapa kecewa hati si Aurel, meja makan kosong, tidak tampak sedikit pun bayangan pesta mewah. Aurel kesal, marah, dan jengkel.

"Huh, Mami sudah tidak sayang lagi padaku. Sudah tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti gara-gara adinda sakit semalam sehingga Mami lupa pada ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"

Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberi selamat, ciuman, atau mungkin memberi kado untuknya.
Dengan perasaan marah dan sedih, Aurel pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati sebuah warung gubug dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Aurel sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap warung itu.

"Mau beli makan, neng? Duduk saja di dalam," sapa kakek pemilik warung itu.

"Mau, kek. Saya lapar. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.

"Bagaimana kalau hari ini kakek traktir kamu? Duduklah, kakek buat yankan mie instan. Yang bisa mengobati laparmu"

Aurel pun segera duduk di dalam.

Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, "Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si kakek.

"Saya jadi ingat Mami saya, kek. Sebenarnya... hari ini ulang tahun saya. Malah kakek, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Mamiku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku. Saya sedih dan kecewa, kek."

"Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho."

Aurel seketika tersadar, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"

Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Aurel bergegas pergi. Setiba di rumah, Maminya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega,

"Aurel, dari mana kamu seharian ini, Mami tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Aurel, selamat ulang tahun ya. Mami telah membuat semua makanan kesukaan Aurel. Aurel pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu."

"Mami, maafkan Aurel, Bu," Aurel pun menangis dan menyesal di pelukan Maminya. Dan yang membuat Aurel semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata Mami Aurel membuatkan pesta kejutan untuk Aurel anak kesayangannya.

Hikmah yang dapat diambil dari cerita Aurel adalah:
Suatu saat kita mendapat pertolongan atau menerima pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering kali kita begitu senang dan selalu berterima kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu, kapan pun.

Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri. Oleh  untuk itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar